SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, SEMOGA TULISAN DALAM BLOG INI BISA BERMANFAAT UNTUK KITA SEMUA

Minggu, 26 Juni 2011

pembahasan kepemimipinan dalam pendidikan

PEMBAHASAN
A. Konsepsi Dasar Kepemimpinan Pendidikan
Dengan menyebutkan kepemimpinan dalam pendidikan, maka di samping menjelaskan peran kepemimpinan itu, tambahan kata “pendidikan” di belakang kata “kepemimpinan”, artinya terdapat sifat-sifat atau ciri-ciri khusus kepemimpinan yang bersifat mendidik, membimbing, dan tidak memaksa.
Kata pendidikan menunjukkan arti :
 pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar.
 Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan sedangkan guru mempunyai perana terpenting dalam pelaksanaan pendidikan disamping orang tua dan masyarakat.
Definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalu perlu memaksa orang atau kelompo agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisisen.
Pengertian “kepemimpinan pendidikan” sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Dengan demikian, setiap usaha untuk mempengaruhi ke arah yang positif orang-orang yang ada hubungannya dengan pekerjaan mendidik dan mengajar sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat di capai dengan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa usaha itu melakukan peranan-peranan kepemimpinan pendidikan.
Dari pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kepemimpinan dalam pendidikan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.
1. Unsur-unsur Kepemimpinan
Pemimpin ( Atasan )
 Mempunyai wewenang untuk memimpi
 Mendelegasikan tugas
Anggota ( Bawahan )
 Membantu pemimpin sesuai tugasnya
Misi
 Kegiatan pencapaian tujuan
Tujuan ( Target sasaran )
 Direalisasikan sesuai landasan budaya / filosofi oranisasi.
2. Fungsi Pemimpin Pendidikan
a) Pemimpin memberikan membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
b) Pemimpin membantu kelompok untuk ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambl keputusan bersama dengan kelompok.
3. Syarat-syarat pemimpin pendidikan
a) Rendah hati dan sederhana.
b) Sabar dan memiliki kestabilan emosi.
c) Percaya kepada diri sendiri.
d) Jujur, adil dan dapat dipercaya.
e) Keahlian dalam jabatan.
Persyaratan kepribadian pemimpin pendidikan, secara garis besar dapat di golongkan sebagai berikut :
a. Karakter dan Moral yang Tinggi
 Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Memiliki keyakinan atau falsafah hidup yang kuat, jelas, dan benar.
 Teguh pendirian dalam memegang dan membela nilai hidup yang di junjung tinggi.
b. Semangat dan Kemampuan Intelektual
 Memiliki kecerdasan yang relatif tinggi.
 Kritis dalam menganalisa setiap masalah.
 Memiliki kemauan yang kuat dan semangat di dalam menghadapi setiap problema dan tugas-tugas jabatan.
c. Kematangan dan Keseimbangan Emosi.
 Mengutamakan rasio dan semangat diskusi.
 Bersikap tenang dalam menghadapi situasi-situasi kritis.
 Teratur, terarah dan terkontrol dalam penyampaian maksud dan pendapat.
d. Kematangan dan Penyesuaian Sosial.
 Mengakui dan menghormati hak-hak orang lain.
 Berorientasi dan concern terhadap kepentingan masyarakat.
 Suka dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
e. Kemampuan Kepemimpinan.
 Dapat mendorong dan membina kerjasama secara efektif dalam kelompok kerjanya.
 Dapat merencanakan bersama dan mengorganisir segenap potensi dan aktifitas menuju sasaran pencapaian tujuan bersama.
 Peka terhadap setiap gejala yang bisa menghambat kelancaran dan efektifitas kerja.
f. Kemampuan Mendidik dan Mengajar.
 Memahami dan dapat membimbing proses belajar dan mengajar.
 Memahami secara jelas tujuan-tujuan mendidik dan pengalaman belajar serta aktifitas pengajaran.
 Memahami dan dapat memberikan contoh-contoh atau menggunakan konsep metode-metode mengajar dan belajar yang bervariasi yang dapat menghidupkan dan memperkaya suasana belajar-mengajar.
g. Kesehatan dan Penampakan Jasmani
 Memiliki tampang jasmani yang baik dan tidak cacat.
 Sehat dan penuh kesegaran.
 Pembersih, bercukur, dan bersisir rapi.
 Mengenakan pakaian yang sopan, pantas, dan tidak berlebih-lebihan tetapi rapi.
4. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
Kepala sekolah harus dipilih dari kalangan guru yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan dan kompetensi yang sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim bersama wakil kepala sekolah, demikian juga dengan guru dan staf lainnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menciptakan suasana aman, tentram, damai, dan sejahtera, agar semua program dapat berjalan dengan lancar.
B. Gaya – gaya Kepemimpinan Pendidikan
Variasi gaya kepemimpinan berdasarkan peringkat kematangan guru.
Tinggi Menengah / Sedang Rendah
Mampu dan mau Mampu tetapi tidak mau Tidak mampu tetapi mau Tidak mampu dan Tidak mau
M4 M3 M2 M1
Tingkat kematangan masing-masing guru berbeda berdasarkan pengalaman kerja, pendidikan, kepangkatan, dan latar belakang sosial. Karena itu variasi gaya kepemimpinan harus memperhatikan kemampuan dan kemauan guru.
Penerapan variasi gaya kepemimpinan disesuaikan dengan tingkatan kemampuan dan kemauan para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Gaya kepemimpinan situsional ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemimpin organisasi dalam mengarahkan dan mempengaruhi guru dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Gaya kepemimpinan
Partisipatif
G3 Konsultatif
G2
Delegatif
G4 Instruktif
G1
1. Gaya Instruktif (Telling)
Pada guru mempunyai tingkat kematangan rendah (M1). Gaya ini diterapkan pada guru yang tidak mampu dan tidak berani memikul tanggungjawab, bila menjalankan tugas membutuhkan penjelasan, pengaturan atau arahan secara khusus. Kepala sekolah melaksanakan pengawasan secara ketat dengan demikian derajat hubungan manusia pada kategori rendah akan tetapi perhatian terhadap organisasi tinggi.
2. Gaya Konsulting (Selling)
Pada guru yang mempunyai kematangan menengah rendah (M2). Guru tipe ini tidak mampu melaksanakan tugas secara mandiri tetapi mau mengambil tanggungjawab, masih memerlukan pengarahan karena belum mampu menerima tanggungjawab secara penuh. Kepala sekolah masih perlu mengadakan pengarahan melalui komunikasi 2 arah dan penjelasan-penjelasan yang terarah tentang tugas-tugas yang perlu dilaksanakan. Kepala sekolah secara terus menerus memberi dukungan agar guru terbiasa mengerjakan tugas secara benar dan melatih guru untuk memberikan saran-saran terhadap kebijakn-kebijakan organisasi.
3. Gaya Partisipatif (Participating)
Pada guru yang mempunyai tingkat kematangan menengah tinggi (M3), karena mempunyai kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan akan tetapi pelaksanaannya masih terjadi keraguan. Dalam melaksanakan gaya partisipasi kepala sekolah harus membuka diri bagi terselenggaranya dialog yang konstruktif dan memperhatikan secara aktif usaha-usaha yang mendukung kemampuan guru. Disebut gaya partisipatif karena kepala sekolah dan guru mempunyai andil dalam proses pengambilan keputusan.
4. Gaya Delegatif (Delegating)
Pada guru yang mempunyai tingkat kematangan tinggi (M4). Pada taraf kematangan ini, para guru memiliki kemampuan dan kemauan. Kepala sekolah sedikit sekali memberikan pengarahan, karena para guru dapat menjabarkan program-program institusi dan melaksanakan dengan baik. Para guru dapat mengatasi persoalan secara mandiri dan memutuskan solusi yang terbaik untuk kepentigan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Tipe - tipe dalam kepemimpinan pendidikan
Tipe atau gaya kepemimpinan adalah cara gaya seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan atau melalui pemilihan. Gaya kepemimpinan dalam dunia pendidikan diantaranya terdapat kedalam empat tipe kepemimpinan dalam pendidikan sebagai berikut:
a) Tipe Otoriter
Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin adalah penggerak dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota – anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran instruksi-instruksinya harus ditaati.
b) Tipe “Laissez-faire”
Tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya ini semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
c) Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan pimpinan, berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
d) Tipe Pseudo-demokratis
Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Nampak seperti demokratis tetapi semu karena tetap otoriter dan demi kepentingan kelompok tertentu saja.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otoriter, demokratis, laissez-faire,dan pseudo-demokrasi banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpin yang profesional.
C. Keterampilan – keterampilan dalam Kepemimpinan Pendidikan
Keterampilan kepala sekolah dimaksudkan sebagai bekal untuk dapat melaksanakan manajemen pendidikan secara lebih baik, efektif dan efisien.
a) Keterampilan dalam memimpin (Skill in leadership)
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Keterampilan ini mengharuskan pemimpin sekolah untuk dapat mendorong kepemimpinan di dalam diri orang lain, sehingga terciptalah kepemimpinan bersama dengan membuat situasi agar setiap anggota staf itu tanpa segan-segan ikut serta menyumbangkan fikiran-fikiran yang bermanfaat.
b) Keterampilan dalam hubungan insani (skill in human relation)
Adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus mengahargai bawahan. Pimpinam yang bijaksana akan mengambil langkah-langkah untuk berusaha menciptakan suasana emosional yang sehat bagi sekolah, sehingga situasi sekolah tercipta perasaan kekeluargaan yang akrab dan bahagia yang memberi dorongan bekerja yang penuh gairah.
c) Keterampilan dalam proses kelompok (skill in group process)
Maksud utama dalam proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Dibutuhkan dalam membangun dan mengembangkan situasi kerjasama. Di dalam situasi inilah pergeseran pengalaman dan ide-ide mereka ini di bangun sehingga mereka bertumbuh, baik dalam jabatan maupun dalam pribadi mereka.
d) Keterampilan dalam administrasi personil (skill in personnel administration)
Administrasi personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien. Keterampilan ini merupakan tanggung jawab pimpinan. Kegiatan dalam ialah : seleksi pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, serta kesejahteraan. Yang paling penting ialah kegiatan seleksi dalam memilih anggota staf baru yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya di harapkan tenaga yang segar dan usaha pembinaan yang lebih mudah.
e) Keterampilan dalam menilai (skill in evaluation)
Untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan sudah dicapai. yang dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya.
Teknik dan prosedur evaluasi ialah : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian. Keterampilan ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan dan anggota staf dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana yaitu keputusan yang berdasarkan analitis bukti-bukti (data) yang telah dikumpulkan.
D. Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Evaluasi sangat diperlukan dalam bidang apapun termasuk dalam organisasi dalam hal ini pada kepemimpinan pendidikan. Evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Peranan evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan.
Evaluasi adalah proses pembuatan pertimbangan-pertimbangan untuk selanjutnya dipergunakan sebagai dasar bagi perencanaan. Proses evaluasi itu sendiri dari penetapan tujuan, pengumpulan data tentang bukti-bukti mengenai pertumbuhan dan kekurangan-kekurangannya dalam usaha mencapai sasaran tujuan-tujuan pelaksanaan program, membuat pertimbangan-pertimbangan tentang bukti tersebut dan perbaikan prosedur-prosedur kerja serta tujuan-tujuan yang hendak dicapai berdasarkan pertimbagan-pertimbangan yang merupakan hasil dari proses penilaian itu sendiri. Dengan demikian evaluasi merupakan langkah untuk perbaikan atau peningkatan hasil, proses, serta tujuan-tujuan.
Prinsip-prinsip evaluasi
a) Evaluasi sebaiknya bersifat menyeluruh
Hendaknya meliputi semua faktor situasi belajar dan mengajar antara lain metode mengajar, organisasi program sekolah, pimpinan, pengawasan, tata tertib, bahan pelajaran dan lain-lain.
b) Evaluasi bersifat gotong royong
Bilamana semua orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar itu diikutsertakan di dalam penilaian, maka kemungkinan besar semua aspek-aspek yang hendak di nilai dapat tercakup dan orang-orang yang di nilai lebih memperolah perasaan aman.
c) Evaluasi hendaknya di dasarkan pada kriteria-kriteria yang tepat.
Untuk memmperoleh itu dengan jalan musyawarah dan disesuaikan dengan tujuan pendidika serta tujuan-tujuan staf di dalam sekolah tersebut.
d) Evaluasi hendaknya bersifat diagnostik
Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam rangka menuju perbaikan kearah yang lebih positif. Penilaian ini dilakukan dengan pengharapan bahwa setelah penilaian ini, tentu akan dilakukan tindakan-tindakan perbaikan lebih lanjut.

e) Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
Hasil penilaian itu merupakan landasan untuk mengadakan rencana-rencana perubahan tambahan dan peningkatan guna perbaikan situasi yang harus di nilai itu dengan tujuan untuk menemukan cara kerja yang lebih baik pula.
f) Evaluasi hendaknya fungsional
Penilaian yang baik sebenarya dilakukan dengan tujuan tertentu guna peningkatan kualitas belajar dan mengajar. Penilaian yang baik berusaha menemukan fakta-fakta selengkap mungkin baik yang berupa aspek-aspek positif maupun negatif dari sasaran-sasaran penilaian yang selanjutnya dijadikan landasan bagi perencanaan program baru yang lebih memungkinkan bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sehingga tujuan dan fungsi yang hendak di capai di dalam evaluasi yaitu untuk mencari informasi atau bukti-bukti tentang sejauhmana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan oleh seseorang atau sebuah lembaga dan untuk mengetahui efektifitas cara dan proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan
dari mereka yang terlibat.
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan dalam pendidikan pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya, pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan otoriter, Tipe kepemimpinan Laissez-faire, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan pseudo-demokratis. Sedangkan gaya-gaya kepemimpinan ada Gaya instruktif, gaya konsulting, gaya partisipatif, dan gaya delegatif.
Seorang pemimpin pendidikan harus mempunyai keterampilan-keterampilan untuk dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, diantaranya tentang keterampilan dalam memimpin, keterampilan dalam hubungan insani, keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam administrasi personel, dan keterampilan dalam menilai.
Apabila organisasi telah terstruktur dengan baik perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah di sepakati bersama, oleh karena itu perlu diketahui barhasil atau tidaknya kegiatan tersebut dengan pengevaluasian dengan prinsip bahwa evaluasi sebaiknya bersifat menyeluruh, evaluasi hendaknya bersifat gotong-royong, evaluasi hendaknya didasarkan pada kriteria yang tepat, evaluasi hendaknya bersifat diagnostik, penilaian haruslah di lakukan secara terus-menerus, dan penilaian itu hendaknya fungsional.
Pendapat di atas mengindikasikan bahwa upaya pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana, melainkan di dalamnya membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari pemimpin agar anggotanya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berdaya.
Jika saja seorang pemimpin sudah mampu memberdayakan seluruh anggotanya maka di sana akan tumbuh dinamika organisasi yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya. Semua akan bekerja dengan disertai rasa tanggung jawab profesionalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah ; Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Dirawat, dkk. 1982. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah ; Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabete.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung : Alfabeta.
MAKALAH
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN






Dosen Pengampu : Akhtim Wahyuni, M.Ag
Di susun Oleh : Mufidatus Sholichah
NIM : 092071000030



Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
2011

makalah kepemimpinan dalam pendidikan

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana tertulis di dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk atau alat untuk memimpin manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dari pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau administrasi pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan administrasi pendidikan terdapat adanya kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Keberhasilan pendidikan bukanlah merupakan hasil dan ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya dari team work yang cerdas yang di pimpin oleh pemimpin yang bertanggungjawab.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini saya membatasi masalah sebagai berikut :
1. Konsep dasar kepemimpinan pendidikan
2. Gaya-gaya atau tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
3. Keterampilan-keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan
4. Evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, bahwa tujuan penyusunan makalah ini untuk mengetahui lebih dalam tentang kepemimpinan dalam pendidikan sebagai usaha membekali mahasiswa tentang arti seorang pemimpin sebagaimana yang telah di sebutkan pada rumusan masalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.